Penyebutan angka atau bilangan dalam Alquran, tujuannya agar menjadi
ujian bagi orang kafir dan bertambahnya keimanan bagi orang yang
beriman.”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal.” (QS Ali Imran: 190).”Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar
dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu).” (QS Yunus: 5).”Dan tiada Kami
jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami
menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi
orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin
dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang
yang diberi Al-Kitab dan orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu dan
supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang
kafir (mengatakan): ‘Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini
sebagai suatu perumpamaan? ‘Demikianlah Allah membiarkan sesat
orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu
melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan
bagi manusia.” (QS Muddatstsir: 31).”Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika
manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Alquran ini,
niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain’.”
(QS Al-Israa: 88).
Ayat-ayat
di atas merupakan beberapa contoh yang disebutkan Allah dalam Alquran
mengenai keberadaan angka-angka (bilangan). Tujuannya agar manusia itu
menggunakan akalnya untuk berpikir dan meyakini apa yang telah
diturunkan, yakni Alquran. Allah menciptakan alam semesta ini dengan
perhitungan yang matang dan teliti. Ketelitian Allah itu pasti benar.
Dan, Dia tidak menciptakan alam ini dengan main-main. Semuanya dibuat
secara terencana dan perhitungan.
Abah
Salma Alif Sampayya, penulis buku Keseimbangan Matematika dalam
Alquran , menyatakan, bilangan adalah roh dari matematika dan
matematika merupakan bahasa murni ilmu pengetahuan ( lingua pura ).
Setiap bilangan memiliki nilai yang disebut dengan angka. Peranan
matematika dalam kehidupan pernah dilontarkan oleh seorang filsuf, ahli
matematika, dan pemimpin spiritual Yunani, Phitagoras (569-500 SM), 10
abad sebelum kelahiran Rasulullah SAW. Phitagoras mengatakan,
angka-angka mengatur segalanya.
Kemudian,
10 abad setelah kelahiran Rasulullah SAW, Galileo Galilea (1564-1642
M), mengatakan: Mathematics is the language in which God wrote the
universe (Matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menulis
alam semesta). Hal ini menunjukkan bahwa mereka mempercayai kekuatan
angka-angka (bilangan) di dalam kehidupan. Senada dengan pendapat
Galileo, Carl Sagan, seorang fisikawan dan penulis novel fiksi ilmiah,
mengatakan, matematika sebagai bahasa yang universal.
Dalam Alquran disebutkan sejumlah angka-angka. Di
antaranya, angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 19, 20, 30, 40, 80,
100, 200, 1000, 2000, 10 ribu, hingga 100 ribu. Penyebutan angka-angka
ini, bukan asal disebutkan, tetapi memiliki makna yang sangat dalam,
jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Misalnya, ketika
ada yang bertanya mengenai jumlah penjaga neraka Saqar, dalam surah
al-Muddatstsir ayat 31 disebutkan sebanyak 19 orang. Allah menciptakan
langit dan bumi selama enam masa. Tuhan adalah satu (Esa), bumi dan
langit diciptakan sebanyak tujuh lapis, dan lain sebagainya
Penyebutan
angka-angka ini, menunjukkan perhatian Alquran terhadap bidang ilmu
pengetahuan, khususnya matematika. Yang sangat menakjubkan, beberapa
angka-angka yang disebutkan itu memiliki keterkaitan antara yang satu
dan lainnya. Bahkan, di antaranya tak terpisahkan. Begitu juga, ketika
banyak ulama dan ahli tafsir berdebat mengenai jumlah ayat yang ada
didalam Alquran. Sebagian di antaranya menyebutkan sebanyak 6.666 ayat,
6.234 ayat, 6.000 ayat, dan lain sebagainya. Perbedaan ini disebabkan
adanya metode dalam perumusan menentukan sebuah ayat.
Bismillahirrahmanirrahim
yang diletakkan sebagai kalimat pembuka dari keseluruhan ayat dan
surah di dalam Alquran, memiliki susunan angka yang sangat menakjubkan.
Kalimat basmalah itu bila dihitung hurufnya mulai dari ba hingga mim,
berjumlah 19 huruf. Angka 19 ini, ternyata menjadi ‘kunci utama’ dalam
bilangan jumlah surah, jumlah ayat, dan lainnya di dalam Alquran.
Begitu
juga dengan angka tujuh, bukanlah sekadar menyebutkan angkanya, tetapi
memiliki perhitungan dan komposisi yang sangat tepat. Misalnya, jumlah
ayat dalam surah Al-Fatihah sebanyak tujuh ayat dan jumlah surah-surah
terpanjang dalam Alquran (lebih dari 100 ayat) berjumlah tujuh
surah.“Penyebutan angka-angka itu bukanlah secara kebetulan atau asal
bunyi (asbun). Semuanya sudah ditetapkan oleh Allah dengan komposisi
yang jelas dan akurat. Tidak ada kesalahan sedikit pun. ”Kitab (Alquran)
ini tak ada keraguan di dalamnya dan ia menjadi petunjuk bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 2).”Dan jika kamu (tetap)
dalam keraguan tentang Alquran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Alquran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar.’‘ (QS Al-Baqarah: 23).“(Alquran) ini adalah penjelasan yang
sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya,
dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa
dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (QS Ibrahim:
52).Karena itulah, Stephen Hawking, seorang ilmuwan dan ahli matematika
terkenal, yang pada awalnya tidak membutuhkan hipotesis Tuhan dalam
mempelajari alam semesta, meyakini adanya unsur matematika yang
mengagumkan yang melekat di dalam struktur kosmos (alam semesta).
Hawking mengatakan, ”Tuhanlah yang berbicara dengan bahasa itu.”Hal yang
sama juga diungkapkan Albert Einstein, fisikawan terkenal dan penemu
bom atom. ”Tuhan tidak sedang bermain dadu,” ungkap Einstein. Semua
berdasarkan perhitungan, ukuran, dan perencanaan yang matang, bahkan
ketika dentuman besar ( big bang ) pertama, di mana Allah dengan kata
Kun Fayakun -nya, menciptakan alam semesta dalam hitungan t=0 hingga
detik 10 pangkat minus 43 detik.Stephen Hawking mengatakan, ”Seandainya
pada saat dentuman besar terjadi kurang atau lebih cepat seperjuta-juta
detik saja, alam semesta tidak akan seperti (sekarang) ini”. Itulah
rahasia Allah. Semua yang disebutkan-Nya di dalam Alquran, menjadi tanda
dan petunjuk bagi umat manusia, agar mereka beriman dan meyakini
kebenaran pada kitab yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW. Wa
Allahu A’lam.Keistimewaan dan keajaiban angka-angka yang ada dalam
Alquran, sebagaimana dijelaskan di atas, merupakan bukti keteraturan dan
keseimbangan yang dilakukan oleh Sang Pencipta dalam menyusun dan
membuat Alquran serta alam semesta. Tak mungkin manusia mampu melakukan
keseimbangan dan keteraturan yang demikian sempurna itu dalam sebuah
hasil karyanya, selain Allah SWT.Dalam surah Al-Baqarah ayat 2-3, Allah
menjelaskan tujuan dari diturunkannya Alquran, yakni menjadi petunjuk
bagi umat manusia untuk membedakan antara yang hak (benar) dan yang
batil (salah). Sebab, tidak ada yang perlu diragukan lagi semua
keterangan Alquran. Karena itulah, seluruh umat Islam di dunia ini,
wajib untuk meyakini dan mempercayai kebenaran Alquran.Penyebutan
angka-angka dan keteraturan yang terdapat di dalamnya, merupakan bukti
keistimewaan dan kemukjizatan Alquran. Keseimbangan dan keteraturan
sistem numerik (bilangan) dalam Alquran dengan penciptaan alam semesta,
menggambarkan hanya Allah SWT sebagai Tuhan yang satu.”Dan tidaklah
Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi
orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan
supaya orang yang beriman bertambah imannya, dan supaya orang-orang
yang diberi Al-Kitab dan orang Mukmin itu tidak ragu-ragu.” (QS
Al-Muddatstsir: 31).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar